PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama islam adalah konsepsi yang sempurna dan
komperhenship, karenan meliputi segala
aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Dakwah
adalah ajakan yang dilakukan untuk pembebasan individu atau masyarakat dari
pengaruh eksternal nilai-nilai syaitaniah dan kejahilan menuju internalisasi
nilai-nilai ketuhanan.
Disamping itu, dakwah bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman agama dalam berbagai aspek ajaran agar
diaktualisasikan dalam sikap, berfikir dan bertindak. Untuk mencapai tujuan ini
secara maksimal, maka disinilah letak signifikannya manajemen dakwah untuk
mengatur, dan mengantarkan dakwah tepat sasaran dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Manajemen Dakwah ?
2. Apa tujuan Manajemen Dakwah ?
3. Apa saja fungsi – fungsi Manajemen Dakwah ?
4. Apa saja Asas Manajemen Dakwah ?
5. Bagaimana Ruang lingkup Manajemen Dakwah ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Manajemen Dakwah
2. Mengetahui Tujuan Manajemen Dakwah
3. Mengetahui fungsi-fungsi Manajemen Dakwah
5. Mengetahui Asas Manajemen Dakwah
6. Mengetahui Ruang lingkup Manajemen Dakwah
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Manajemen Dakwah
Manajemen dakwah adalah terminologi yang terdiri dari
dua kata, yakni manajemen dan dakwah. Kedua kata ini berangkat dari dua
disiplin ilmu yang sangat berbeda sama sekali. Istilah yang pertama, berangkat
dari disiplin ilmu yang sekuler, yakni Ilmu Ekonomi. Ilmu ini diletakan di atas
paradigma materialistis. Prinsipnya adalah dengan modal yang sekecil-kecilnya
untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Sementara itu istilah yang
kedua berasal dari lingkungan agama, yakni Ilmu Dakwah. Ilmu ini diletakan di
atas prinsip, ajakan menuju keselamatan dunia dan akhirat, tanpa paksaan dan
intimidasi serta tanpa bujukan dan iming-iming material. Ia datang dengan tema
menjadi rahmat semesta alam.
Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses
pemamfaatan sumber daya manusia secara efektif, dengan didukung oleh
sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan.[1]
Dakwah adalah sebuah aktivitas baik secara
‘ilmiah maupun ‘amaliah untuk mengajak manusia atau mengajarkan islam yang
benar yang dilakukan oleh para da’i yang memiliki pengetahuan yang luas dan
sifat yang terpuji dengan menggunakn metode dan media yang terus berubah dan
berkembang.[2]
pengertian manajemen dan dakwah itu sendiri
yaitu sebuah pengaturan secara sistematis dan koordinatif dalam kegiatan atau
aktivitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari
kegiatan dakwah.[3]
1.2 Tujuan Manajemen Dakwah
Tujuan
Manajemen adalah sesuatu hasil
(generalis) yang ingin dicapai melalui proses manajemen. Tujuan yang ingin dicapai selalu ditetapkan dalam
suatu rencana, karena itu hendaknya tujuan ditetapkan ”jelas, realistis, dan
cukup cukup menantang berdasarkan analisis data, informasi, dan pemilihan dari
alternatif-alternatif yang ada.[4]
Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil
akhir yang ingin dicapai dan diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah yaitu
Kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh
Allah Swt.[5]
Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasaran agar mau menerima
ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari - hari, baik itu yang
bersangkutan dengan masalah pribadi, keluarga maupun sosial kemasyarakatnya,
agar mendapatkan keberkahan dari Allah Swt. Sedangkan tujuan dakwah secara khusus dakwah merupakan
perumusan tujuan umum sebagai perincian dari pada tujuan dakwah.[6]
Akhirnya kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa secara umum tujuan dan kegunaan manajemen dakwah
adalah untuk menuntun dan memberikan arah agar pelaksanaan dakwah dapat
diwujudkan secara professional dan proporsional. Dan pada hakikatnya tujuan
manajemen dakwah disamping memberikan arah juga dimaksudkan agar pelaksanaan
dakwah tidak lagi berjalan secara konvensional seperti tabligh dalam bentuk
pengajian dengan tatap muka tanpa pendalaman materi, tidak ada kurikulum, jauh
dari interaksi yang dialogis dan sulit untuk dievaluasi keberhasilannya[7].
1.3 Fungsi–Fungsi Manajemen Dakwah
Takhthith (Perencanaan
Dakwah)
Dalam aktivitas dakwah,
perencanaan dakwah bertugas menentukan langkah dan program dalam menentukan setiap sasaran, menentukan
sarana-prasarana atau media dakwah, serta
personel da'i yang akan diterjunkan. Menentukan materi yang cocok untuk sempurnanya pelaksanaan, membuat
asumsi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi yang kadang-kadang dapat
memengaruhi cara pelaksanaan program dan cara menghadapinya serta menentukan
alternatif-alternatif, yang semua itu merupakan tugas utama dari sebuah
perencanaan.[8]
Sementara itu Rosyad Saleh, dalam bukunya
Manajemen Dakwah Islam menyatakan, bahwa perencanaan dakwah adalah proses
pemikiran dan pengambilan keputusan yang matang dan sistematis, mengenai tindakan-tindakan
yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka menyelenggarakan
dakwah.
Tanzhim (Pengorganisasian Dakwah)
Pengorganisasian dakwah dalam pandangan Islam
bukan semata-semata merupakan wadah, akan tetapi lebih menekankan bagaimana pekerjaan
dapat dilakukan secara rapi, teratur, dan sistematis. Pengorganisasian
dimaksudkan untuk mengelompokan kegiatan dakwah yang sudah direncanakan,
sehingga mempermudah pelaksanaanya. Pengorganisasian dakwah adalah seluruh
proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan
wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kesatuan dalam rangka mencapai
suatu tujuan yang telah ditentukan. Pengorganisasian sebagai fungsi manajemen
harus mencerminkan adanya pembagian tugas yang merata antara orang-orang yang
ada dalam organisasi.[9]
Sementara itu, Rosyid Saleh mengemukakan bahwa
rumusan pengorganisasian dakwah itu adalah “rangkaian aktivitas menyusun suatu
kerangka yang menjadi wadah bagi setiap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi
dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan
menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan-satuan organisasi atau
petugasnya.
Tawjih (Penggerakan Dakwah)
Penggerakan
dakwah merupakan inti dari manajemen dakwah, karena proses ini semua aktivitas
dalam dakwah dilaksanakan, aktivitas-aktivitas dakwah yang direncanakan
terealisasikan, fungsi manajemen akan bersentuhan langsung dengan pelaku
dakwah. Adapun pengertian penggerakan adalah seluruh pemberian motivasi kerja
kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu bekerja dengan
ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis. Ada
beberapa poin dari proses penggerakan dakwah yang menjadi kunci dalam
kegiatan dakwah , yaitu:
- Pemberian
motivasi
- Bimbingan
- Penyengaraan
komunikasi
- Pengembangan
dan peningkatan pelaksana.[10]
Riqaabah (Pengendalian Dakwah)
Pengendalian Manajemen Dakwah dikonsentrasikan
pada pelaksanaan aktifitas tugas-tugas dakwah yang sedang berlangsung maupun
yang telah selesai dilakukan. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya preventif
terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya penyimpangan serta upaya
peningkatan dan penyempurnaan terhadap proses dakwah kedepan. Pada sisi lain
pengendalian ini juga dimaksudkan untuk membantu para manajer dakwah dalam
memonitor perubahan mad’u, perubahan
lingkungan, dan pengaruhnya terhadap kemajuan organisasi. Secara spesifik
pengendalian dakwah ini dibutuhkan untuk:
1. Menciptakan
suatu mutu dakwah yang lebih baik.
2. Dapat menciptakan siklus yang lebih tepat.
3. Untuk mempermudah pendelegasian da’i dan
kerja tim.[11]
Evaluasi
Dakwah
Untuk mengetahui apakah dakwah itu berhasil
atau tidak, perlu ada proses evaluasi yang cermat, teliti, dan objektif dengan
menetapkan parameter-parameter keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu
aktifitas dakwah. Dari hasil evaluasi secara objektif dapat dijadikan sebagai
konsideran untuk menyusun langkah-langkah strategi dakwah yang lebih efektif
pada masa berikutnya. Isyarat untuk melakukan evaluasi terdapat dalam Firman
Allah swt, Q.S.Al-Hasyr ayat 18 yang berbunyi :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ
خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya : Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Meskipun proses dakwah tidak mustahil dapat
dilakukan oleh seorang secara sendiri-sendiri, tetapi mengingat kompleksnya
persoalan-persoalan dakwah, maka pelaksanaan dakwah oleh seorang
sendiri-sendiri kuranglah efektif.[12]
Dengan demikian kegunaan fungsi-fungsi manajemen tersebut sangat
relevan sekali dengan kegiatan dakwah, karena dakwah tanpa perencanaan tidak
akan efektif bahkan akan kehilangan arah, sedangkan dakwah tanpa
pengorganisasian kegiatan dakwah akan melelahkan disamping pemborosan. Begitu
juga tanpa penggerakan, pengendalian dan evaluasi kegiatan dakwah akan menjadi
sumber fitnah karena kehilangan ruh jihad yang ihklas dan secara akumulatif dapat merusak citra Agama Islam
sendiri.
1.4 Asas Manajemen Dakwah
Asas-asas (prinsip)
dasar yang perlu ada pada setiap manajemen dakwah, antara lain:
a.
Asas konsolidasi
Asas ini
mengandung makna bahwa setiap organisasi dakwah harus selalu dalam keadaan
mantap dan stabil, jauh dari konflik, dan terhindar dari perpecahan, baik
lahiriah maupun bathiniah. Firman Allah SWT :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ
وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ
أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ
بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ
فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ
لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali-Imran : 103)
b.
Asas koordinasi
Asas ini berarti
organisasi dakwah harus mampu memperlihatkan kesatuan gerak dan satu komando. Firman
Allah SWT :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ
كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى
اللَّهِ ۖ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ ۖ فَآمَنَتْ طَائِفَةٌ
مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ ۖ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آمَنُوا
عَلَىٰ عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada
pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut
yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu
segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami
berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka,
lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.” (Q.S. Ash-Shaff : 14)
c.
Asas tajdid
Asas ini memberi pesan
bahwa organisasi dakwah harus selalu tampil prima dan energik,
penuh vitalitas dan inovatif. Firman Allah SWT :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا
فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا
فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S. Al-Mujaadilah : 11)
d.
Asas ijtihad
Ijtihad merupakan
aktivitas akademik dan intelektual yang hanya bisa dilakukan oleh para ulama
dan cendikiawan muslim. Firman Allah SWT :
وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ
يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat)
membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya
dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Ankabut : 60)
e.
Asas pendanaan dan kaderisasi
Asas ini mengingatkan bahwa setiap organisasi dakwah
harus berusaha mendapatkan dukungan dana yang realistic dan diusahakan secara
mandiri dari sumber-sumber yang halal dan tidak mengingat. Firman
Allah SWT :
وَالَّذِينَ فِي
أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ
“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia
bagian tertentu,” (Q.S. Al-Ma’aarij :24 )
f.
Asas komunikasi
Asas ini
memberikan arah bahwa setiap organisasi dakwah, pengelolaannya harus
komunikatif dan persuasif, karena dakwah sifatnya mengajak bukan mengejek,
dakwah itu harus sejuk dan memikat. Firman Allah SWT :
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ
“yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa
yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi
Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (Q.S.
Az-Zumar : 18)
g.
Asas tabsyir dan taisir
Kegiatan
dakwah harus dilaksanakan dengan prinsif mengembirakan dan mudah. Mengembirakan
berarti ada nilai yang membawa hati menjadi senang dan tenang, membuka
cakrawala dan wawasan yang mencarikan jalan keluar dari kesulitan. Dakwah tidak
terasa sebagai sesuatu yang memberatkan, tapi justru menarik untuk di ikuti dan
perlu di bantu. Mudah berarti tidak saja dari surut pemahaman pesan atau materi
dakwah tapi juga dari sudut pelaksanaan dan pengamalan pesan-pesan dakwah yang
disampaikan. Firman Allah SWT :
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada
umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”(QS.
Saba’ : 28).
h.
Asas intergral dan komprehensif
Asas ini
mengingatkan kepada kita bahwa pelaksanaan kegiatan dakwah tidak hanya terpusat
di masjid atau di lembaga-lembaga keagamaan semata, akan tetapi harus
terintegrasi dalam kehidupan umat dan menyentuh kebutuhan yang menyeluruhn dari
segenap strata sosial masyarakat, baik birokrat atau penguasa maupun lapisan
elite ekonomi dan masyarakat marginal. Firman Allah SWT :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya : 107)
i.
Asas penelitian dan pengembangan
Kompleksitas
permasalahan umat harus menjadi kajian dakwah yang mendalam, karena dakwah akan
gagal bila saja sudut pandang hanya terpusat pada satu sisi saja, sementara
komunitas masyarakat lainnya terabaikan. Firman Allah SWT :
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ
فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini
dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (Q.S.
Al-Kahfi : 13).
j.
Asas sabar dan istiqomah
Bersaing dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi, sering membuat dakwah menemui jalan buntu bahkan melelahkan.
Kelelahan tanpa disadari dapat menghilangkan kesabaran dan merusak nilai-nilai
istiqomah. Di saat-saat seperti itulah prinsip sabar dan istiqomah perlu
disegarkan untuk diaktualisasikan melalui berbagai kegiatan dakwah.[13]
Firman
Allah SWT :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا
تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا
وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
"Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,
maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu
takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang
telah dijanjikan Allah kepadamu".(Q.S Fushshilat : 30)
1.5 Ruang Lingkup Manajemen Dakwah
Ruang lingkup
kegiatan dakwah dalam tataran manajemen merupakan sarana atau alat pembantu
pada aktivitas dakwah itu sendiri. Karena dalam sebuah aktivitas dakwah itu
akan timbul masalah atau problem yang sangat kompleks, yang dalam menangani
serta mengantisipasinya diperlukan sebuah strategi yang sistematis.
Dalam konteks ini, maka ilmu manajemen sangat berpengaruh dalam pengelolaan
sebuah lembaga atau organisasi dakwah sampai pada tujuan yang diinginkan. Sedangkan ruang lingkup dakwah akan
berputar pada kegiatan dakwah, di mana dalam aktivitas tersebut diperlukan
seperangkat pendukung dalam mencapai kesuksesan. Adapun hal-hal yang
mempengaruhi aktivitas dakwah antara lain meliputi:
- Keberadaan seorang da’i, baik yang terjun secara langsung maupun tidak langsung, dalam pengertian eksistensi da’i yang bergerak di bidang tersebut.
- yang akan disampaikan kepada mad’u, pada tataran ini materi harus bisa memenuhi atau yang dibutuhkan oleh mad’u, sehingga akan mancapai sasaran dakwah itu sendiri, dan
- Mad’u
kegiatan dakwah harus jelas sasarannya, dalam artian ada objek yang
akan didakwahi.[14]
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan
bahwa Manajemen dakwah islam merupakan sebuah sarana yang bisa memberikan
berbagai kemudahan. Dengan adanya sarana sehingga membuat aktivitas dakwah
menjadi lebih dinamis, cepat dalam bertindak (responsif) namun terencana,
terukur, dan terorganisasi. Dan juga dilakukan oleh SDM yang tepat, dan
memberikan dampak yang besar terhadap organisasi dan lingkungan. Bukan justru
sebaliknya, menjadi rumit dan menghambat dinamisasi aktivitas dakwah, atau
bahkan menimbulkan masalah baru. Semua tahapan dakwah yang sudah kita lakukan
haruslah diukur keberhasilannya dengan mengevaluasi.
1.2 Saran
Demikian makalah kami buat dengan sedemikian rupa.
Mungkin masih banyaknya kesalahan yang ada mulai dari penyusuanan kata maupun
penyuntingan kalimat, karena keterbatasan kami. Saran dan kritik yang membangun
sangat dibutuhkan guna perbaikan makalah selanjutnya dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi semuanya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Athoillah, M. Anton Athoillah. 2010, Dasar-dasar Manajemen. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah.
Bandung: Bumi Aksara.
Kayo, RB. Khatib Pahlawan. 2007. Manajemen Dakwah dari Dakwah
Konvensional
menuju Dakwah professional. Jakarta:Amzah.
Munir dan Wahyu
Illaihi. 2009. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana.
Shaleh , ABD. Rosyad. 1977. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
[1] Dr.H.M.Anton Athoillah,M.M, Dasar-Dasar
Manajemen, (Bandung: CV Pustaka Setia, cet.1, 2010), hlm.14
[2] Dr.Abizal Muhammad Yati, Lc,M.A, Dosen Uin
ar-raniry
[3] M.Munir,S,Ag,M.A,
Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta , 2009), hlm.36
[4] Drs.H.Malayu S.P.
Hasibuan, Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah, (Jakarta:Bumi
Aksara,Cet.8, 2009),hlm.17-19
[6] M.Munir,S.Ag,M.A, Manajemen
Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2009), hlm. 87-90
[7] Drs.RB.Khatib
Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional Menuju Dakwah Profesional,
(Jakarta:
Amzah, Cet.1, 2007), hlm.30-31
[8] Ishak Asep,Hendri Tanjung, Manajemen Sumber Daya
Manusia, (Jakarta : Trisakti, 2002), hlm.19
[9] Drs.RB.Khatib
Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional menuju Dakwah
Profesional,
(Jakarta:
Amzah, Cet.1, 2007), hlm.32-36
[10] M. Munir
dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, cet.1, 2006), hlm. 140-149
[11] M. Munir, Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta:
Kharisma Putra Utama, 2006), hlm.178
[13]Drs.RB.Khatib
Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional menuju Dakwah
profesional,
(Jakarta:
Amzah, Cet.1, 2007), hlm.42-46
Thanks, semoga berkah
ReplyDeletesama-sama broe
ReplyDeleteماشاءلله تبرك الله
ReplyDelete🙏شكرا كثيرا جزاك الله خيرا